Mojokerto – Jawa Timur dikenal sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan ragam budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Setiap daerah memiliki cara unik dalam menyambut momen-momen istimewa, termasuk malam 1 Suro, yang bertepatan dengan 1 Muharram dalam penanggalan Hijriah. Tahun ini, malam 1 Suro jatuh pada malam Jumat, 27 Juni 2025 hingga Sabtu sore, 28 Juni 2025.
Malam 1 Suro dalam tradisi Jawa bukan sekadar pergantian tahun, melainkan momen sakral yang dipenuhi nilai spiritual, doa, dan penghormatan kepada leluhur. Di berbagai penjuru Jawa Timur, masyarakat masih mempertahankan tradisi-tradisi khas yang menyatu dengan nilai keislaman dan filosofi kejawen. Mulai dari doa bersama hingga kirab budaya, berikut enam tradisi malam 1 Suro yang masih lestari dan sarat makna di Jawa Timur:
1. Baritan di Lereng Gunung Raung – Banyuwangi
Tradisi Baritan merupakan ritual tolak bala yang digelar oleh warga lereng Gunung Raung. Dalam prosesi ini, masyarakat membuat takir dari daun pisang berisi aneka sajian tradisional. Setelah doa bersama dipanjatkan sebagai permohonan keselamatan kepada Allah SWT, makanan disantap bersama-sama sebagai simbol persatuan dan rasa syukur.
2. Grebeg Suro – Ponorogo
Grebeg Suro menjadi salah satu perayaan malam 1 Suro yang paling meriah di Jawa Timur. Acara ini melibatkan Festival Reog Nasional, kirab pusaka, dan pawai budaya. Tradisi ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata budaya, tetapi juga menjadi wujud permohonan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Ponorogo untuk setahun ke depan.
3. Ritual Spiritual Gunung Lawu
Gunung Lawu dikenal sebagai tempat yang sakral dan mistis. Setiap malam 1 Suro, para peziarah dari berbagai daerah mendaki ke puncaknya untuk bermeditasi, berdoa, dan menyepi. Tradisi ini diyakini sebagai sarana komunikasi batin dengan leluhur serta pencarian ketenangan spiritual.
4. Tirakatan dan Doa Bersama
Di berbagai wilayah Jawa Timur, masyarakat menggelar tirakatan di masjid, mushola, atau rumah. Kegiatan ini meliputi pembacaan doa, tahlil, dan refleksi diri. Tirakatan menjadi momen muhasabah untuk mengevaluasi diri dan memohon kekuatan menghadapi tahun baru dengan lebih baik.
5. Ritual Penjamasan Keris – Surabaya
Warga Surabaya masih melestarikan tradisi penjamasan (pembersihan) pusaka, khususnya keris. Prosesi ini dilengkapi dengan sesaji berupa kopi pahit, pisang raja, telur ayam kampung, hingga bunga melati. Penjamasan dipercaya dapat membersihkan energi negatif sekaligus menjadi bentuk penghormatan terhadap peninggalan leluhur.
6. Ruwat Agung Nuswantoro – Mojokerto
Tradisi khas Mojokerto ini telah berlangsung sejak tahun 1959. Ruwat Agung Nuswantoro adalah ritual ruwatan besar yang bertujuan menolak bala dan membersihkan bumi dari energi negatif. Dalam prosesi ini, pusaka-pusaka keramat seperti tombak dan keris dijamas, lalu diserahkan secara simbolis kepada Bupati dan unsur Forkopimda sebagai wujud pelestarian sejarah dan budaya.
Tradisi malam 1 Suro di Jawa Timur bukan sekadar ritual tahunan, melainkan cermin nilai-nilai luhur yang terus dijaga oleh masyarakat. Melalui serangkaian tradisi ini, masyarakat tidak hanya merawat kearifan lokal, tetapi juga memperkuat spiritualitas dan jati diri budaya bangsa.